Home » Sakit Tenggorokan

Penyakit Difteri Penyebab Gejala Pengobatan

  • Roswati Roswati

Penyakit Difteri Penyebab Gejala Pengobatan

Difteri adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan terutama pada bagian laring, amandel atau tonsil, dan tenggorokan. Penyakit ini terjadi ketika saluran pernafasan yang terinfeksi oleh bakteri ini membentuk membran atau lapisan yang berlendir dan lengket yang berwarna abu-abu diarea tenggorokan, sehingga menyebabkan batuk disertai dengan sesak nafas yang bisa berujung pada kematian.

Difteri merupakan salah satu dari sekian jenis penyakit menular yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit difteri bisa menyerang siapa saja terutama pada anak-anak dibawah usia 5 tahun dan pada lanjut usia diatas 60 tahun. Di Indonesia sendiri, pada beberapa bagian daerah berkembang, penyakit difteri ini pernah menjadi wabah yang mengancam dan menjadi kejadian yang luar biasa. Kurangnya sarana pelayanan kesehatan dan keadaan daya tahan tubuh lemah seseorang menjadi kendala terbesar.

Penyebab difteri 

Penyebab difteri diakibatkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Jenis bakteri yang menginfeksi difteri ini adalah Corynebacterium Diphtheriae dan Corybacterium Ulcerans. Ciri-ciri bakteri penyebab difteri berbentuk batang atau gada gram positif, dimana bakteri ini mempunyai sifat tidak membentuk spora, tahan terhadap suhu dingin bahkan ketika membeku sekalipun, dan tahan terhadap suhu yang kering. Bakteri ini akan mati bila dipanaskan sampai pada suhu 60°C.

Bakteri ini memproduksi racun yang sangat berbahaya dan sangat kuat, sehingga tidak hanya pada saluran pernafasan saja yang diserang, akan tetapi kulit juga bisa terinfeksi bakteri ini, dimana kulit yang terinfeksi akan mengalami bisulan. Walaupun bisul ini akan sembuh dalam beberapa bulan tetapi bekas bisulnya tidak bisa hilang.

Penularan difteri

Udara adalah salah satu sarana yang paling cepat dalam menularkan penyakit difteri ini. Pada saat penderita difteri ini batuk atau bersin maka akan mengeluarkan percikkan ludah atau air liur yang disebut dengan istilah droplet. Droplet yang keluar ini mengandung bakteri penyebab difteri sehingga mengkontaminasi udara, yang secara tidak sengaja akan terhirup melalui hidung dan mulut. Selain penularan lewat udara, ada beberapa faktor yang memudahkan seseorang terinfeksi penyakit ini.

Faktor-faktor yang harus diwaspadai, antara lain :

  • Hindari memegang barang-barang yang sudah terkontaminasi dengan bakteri ini.
  • Makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri penyebab difteri.
  • Tidak lengkapnya atau kurangnya vaksinasi atau imunisasi yang didapatkan.
  • Kualitas dari vaksin yang tidak bagus.
  • Kondisi lingkungan yang tidak sehat seperti saluran pembuangan yang buruk dan sempitnya jarak antara satu rumah dengan rumah yang lainnya, biasanya pada pemukiman padat penduduk.
  • Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu berkaitan dengan imunisasi dan gejala difteri.
  • Minimnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

Bagaimana bakteri ini menginfeksi?

Pada saat bakteri ini mulai masuk kedalam tubuh maka bakteri ini akan segera mengeluarkan racun yang dapat menyebabkan kematian pada sel-sel di dinding tenggorokan dan amandel. Sel yang telah mati ini akan berubah warna menjadi abu-abu yang disebut dengan Pseudomembran dan menempel pada dinding tenggorokan, sehingga menyebabkan peradangan yang serius dan dapat mengganggu kinerja sel otot yang lain yang terdapat di tenggorokan. Lapisan abu-abu ini kemudian akan memproduksi lendir yang pekat dan lengket yang membuat penderita mengalami pilek yang parah, batuk berdahak, dan sesak nafas yang berat.

Racun yang dikeluarkan bakteri ini akan beredar bersama dengan aliran darah dan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang terdapat didalam tubuh, terutama pada jantung dan sistem saraf. Pada tingkatan yang lebih parah pseudomembran ini akan tiba-tiba terlepas dan mengakibatkan tersumbatnya saluran pernafasan sehingga menyebabkan kesulitan bernafas, bahkan bisa menghentikan nafas sehingga tubuh akan tampak membiru karena kekurangan oksigen.

Gejala difteri

Gejala difteri biasanya akan muncul setelah 2-5 hari sejak terinfeksi. Bisa juga akan timbul pada 10 hari kemudian.

Gejala-gejalanya antara lain:

  • Terlihat membran atau lapisan yang tebal berwarna abu-abu yang menyelimuti area tenggorokan dan amandel.
  • Kesulitan bernafas dan suara menjadi sangat berat dan serak.
  • Sakit ditenggorokan terutama pada saat menelan.
  • Hidung berair yang awalnya cair tetapi kelamaan akan menjadi kental dan terkadang sampai berdarah.
  • Demam tinggi dan menggigil.
  • Mengalami pembengkakan pada kelenjar limfa yang ada di leher.
  • Nafas menjadi sangat cepat.

Pada gejala lanjutan penderita bahkan bisa mengalami:

  • Berhentinya penafasan.
  • Otot-otot jantung pada penderita aritmia atau gagal jantung mengalami pembengkakan.
  • Kerusakan pada sistem saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada saraf dan kerusakan pada ginjal.

Diagnosa difteri

Apabila mengalami gejala difteri seperti di atas, segera cari pertolongan untuk pengobatan dan penyakit difteripenanganan. Dokter akan melakukan diagnosis dengan melihat keluhan dan gejala. Kemudian dokter akan mengambil beberapa sampel lendir dari tenggorokan, hidung, atau bisul untuk pemeriksaan lebih lanjut didalam laboratorium yang bertujuan untuk membuat pembiakkan. Sementara itu pemeriksaan dengan menggunakan EKG akan dilakukan untuk melihat apakah terdapat kelainan pada jantung.

Pengobatan difteri

Setelah melalui beberapa pemeriksaan dan dinyatakan positif mengidap penyakit difteri ini, dokter sebelum melakukan penanganan dan pengobatan akan menyarankan agar pasien dirawat didalam ruangan isolasi dirumah sakit yang bertujuan untuk menghindari penularan yang lebih banyak. Kemudian dokter akan memberikan obat-obatan untuk menangani penyakit difteri ini.

Jenis obat yang digunakan yaitu:

Antibiotik
Ini meliputi sejenis penicillin dan eritromicin yang berfungsi untuk membunuh bakteri tersebut dan membantu proses penyembuhan setelah terinfeksi. Pemberian antibiotik ini harus berdasarkan pada seberapa parah dan lamanya pasien mengidap penyakit difteri ini.

Antitoksin
Ini adalah sejenis antibodi yang berfungsi untuk menetralkan toksin atau racun dari difteri yang telah menyebar keseluruh tubuh. Antitoksin diberikan melalui suntikan.

Selain dengan melakukan pengobatan dengan pemberian obat, pemasangan intubasi atau nafas buatan akan digunakan untuk membantu nafas agar tetap stabil dapat dilakukan.

Komplikasi difteri

Jika penyakit difteri tidak segera mendapat pertolongan dan pengobatan maka dapat dipastikan akan memperluas penularan dan penyebaran yang semakin banyak. bahkan dapat terjadi komplikasi yang bisa mengakibatkan kematian.

Komplikasi yang terjadi:

  • Kerusakan pada jantung seperti miokarditis atau gagal jantung.
  • Saraf menjadi tidak terkoordinasi akibat terganggu.
  • Kerusakan pada sistem saraf yang parah sehingga menyebabkan kelumpuhan pada saraf.
  • Difteri hipertoksik, yaitu keadaan dimana pada difteri terjadi pendarahan yang sangat parah dan menyebabkan gagal ginjal.

Pencegahan difteri

Vaksinasi secara rutin sebagai cara mencegah difteri yang paling efektif. Vaksinasi ini diberikan dengan berulang, karena sistem kekebalan tubuh akan berkurang terhadap difteri dan bisa berangsur-angsur menghilang.

Jenis vaksinasi atau imunisasi yang diberikan:

  • Vaksinasi DPT/HB diberikan sebanyak 3X pada waktu bayi berumur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
  • Vaksinasi DT diberikan sekali pada anak berusia kurang dari 7 tahun.
  • Vaksinasi Td dewasa diberikan sekali pada anak berusia diatas 7 tahun.

Pengulangan pada pemberian vaksinasi ini akan diberikan kembali setelah 10 tahun dan berulang setiap 10 tahun kedepannya lagi.

Bagikan
Advertisement