Home » Kulit

Kusta Penyebab Gejala Pengobatan

  • Roswati Roswati

Kusta Penyebab Gejala Pengobatan

Kusta atau lepra adalah jenis penyakit infeksi kulit jangka panjang yang disebabkan oleh bakteri. Kusta menyerang bagian kulit, sistem saraf tepi atau perifer, dan selaput lendir yang terdapat pada saluran pernafasan atas, serta menyerang mata. Penyakit ini juga dikenal dengan nama ‘Morbus Hansen’, yang diambil dari penemu bakteri penyebab penyakit kusta yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen.

Kusta dapat menyebabkan kerusakan pada anggota tubuh penderita, yang mana pada sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada bagian saraf tepi jika terserang penyakit kusta akan menimbulkan kerusakan pada sistem saraf tepi yang menyebabkan kulit menjadi mati rasa. Hal ini dapat terjadi dalam jangka waktu yang panjang dan menahun.

Minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta sering menimbulkan reaksi negatif mengenai asumsi bahwa kusta dapat memutilasi anggota tubuhnya sendiri dan sangat mudah menular, sehingga ketika mengetahui seseorang terkena penyakit kusta maka akan dikucilkan dan diasingkan.

Penyebab kusta

Bakteri mycobacterium leprae adalah bakteri yang menjadi penyebab kusta. Bakteri ini memiliki sifat intraselular obligat, hidup dan berkembang biak ketika berada dalam sel mahkuk hidup. Ciri-ciri mycobacterium leprae:

  • Memiliki bentuk batang dan tidak membentuk spora.
  • Memiliki ukuran panjang berkisar antara 1–8 mikro, lebar 0,2–0,5 mikro.
  • Terdapat lapisan sel lilin yang mengelilingi bakteri ini.
  • Dapat hidup secara berkelompok atau menyebar.
  • Bakteri ini memiliki sifat tahan asam dan dekolorasi asam dan alkohol.

Penularan kusta sampai kini masih belum bisa dipastikan dengan jelas, tetapi karena bakteri ini umumnya banyak penyakit kustaterdapat di dalam cairan pada hidung atau saluran pernafasan, kemungkinan terbesar penularannya dapat melalui droplet atau cairan yang keluar dari hidung. Bakteri ini juga dapat hidup pada sel hewan tertentu.

Kusta juga dapat menular melalui kontak fisik secara langsung, tetapi bukan berarti begitu menyentuh penderita akan langsung tertular, melainkan kontak fisik yang berlangsung secara intens dan dalam jangka waktu yang lama. Kusta memiliki masa inkubasi yang cukup panjang, yaitu antara 2–5 tahun. Ketika kuman menginfeksi pertama kali akan membutuhkan waktu antara 14–21 hari bagi bakteri untuk dapat berkembang biak.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan penularan:

  • Sistem kekebalan tubuh seseorang yang lemah.
  • Faktor dari bakteri penyebab kusta yang hidup pada jaringan sel yang memiliki suhu yang dingin. Bakteri ini mampu hidup di luar tubuh manusia dan tergantung pada cuaca dan suhu saat itu.
  • Faktor lingkungan yang berhubungan dengan masalah kemiskinan biasanya terkait dengan kurangnya sumber air yang bersih, tidak tercukupinya gizi, dan bertempat tinggal di daerah endemik kusta.

Mycobacterium leprae akan menimbulkan gejala kusta setelah tahun ke 5–7 sejak bakteri ini menginfeksi, karena bakteri ini memiliki pertumbuhan yang sangat lambat. Gejala lepra yang muncul akan bervariasi tergantung dari respon sistem imun.

Gejala kusta berdasarkan jenisnya

Jenis kusta dapat dibagi menjadi 3 macam beserta gejala kusta yang muncul:

Kusta tuberkuloid

Kusta ini masuk ke dalam tipe kusta pausi bacillary atau kusta kering. Pada pemeriksaan biologis, hasilnya tidak mengindikasikan adanya bakteri dan kusta jenis ini tidak menular. Gejala kusta kering:

  • Munculnya ruam kulit disertai dengan bercak berwarna putih pada beberapa tempat.
  • Bercak putih pada kulit yang muncul akan mengalami mati rasa akibat rusaknya saraf tepi di bagian bawah kulit.
  • Mengalami kelainan otot.
  • Memiliki bentuk permukaan yang kasar serta tidak ditumbuhi rambut atau bulu.

Kusta lepromatosa

Kusta ini masuk ke dalam tipe kusta multi bacillary atau kusta basah. Pada pemeriksaan biologis banyak ditemukan adanya bakteri dan kusta jenis ini sangat mudah menular. Gejala kusta basah:

  • Munculnya benjolan kecil dalam jumlah yang banyak dengan berbagai macam bentuk dan ukuran yang bervariasi.
  • Pada bercak yang muncul bertekstur menonjol atau meluas hampir di seluruh badan.
  • Kulit yang muncul bercak akan mengalami mati rasa dan kelemahan otot.
  • Saraf tepi banyak mengalami kerusakan.
  • Terjadi kerontokan rambut di seluruh tubuh, termasuk alis dan bulu mata.
  • Kulit menjadi lebih kering dan kaki menjadi pecah-pecah pada daerah yang terkena kusta.
  • Hampir di setiap organ tubuh dan aliran darah terdapat ditemukan adanya bakteri, kecuali pada paru-paru dan sistem saraf pusat.

Kusta borderline

Kusta borderline adalah bentuk peralihan dari jenis kusta tuberkuloid dan lepromatosa. Jika keadaan seseorang membaik maka hampir mirip dengan kusta tuberkuloid, tetapi sebaliknya jika kondisi seseorang memburuk maka akan menyerupai kusta lepromatosa.

Diagnosa kusta

Kusta memiliki masa inkubasi yang sangat panjang, sehingga akan menyulitkan bagi dokter untuk mengetahui dengan pasti kapan seseorang terinfeksi dan darimana seseorang dapat tertular bakteri penyebab kusta ini. Masa inkubasi adalah sejak pertama kali bakteri menginfeksi hingga menimbulkan gejala kusta.

Kusta banyak terjadi di wilayah-wilayah yang sangat minim dengan peralatan kedokteran terutama dengan tidak didukungnya sarana laboratorium. Umumnya penderita kusta didiagnosis hanya berdasarkan pemeriksaan klinis dan fisik, terkait dengan kemunculan bercak putih pada kulit dan mati rasa.

Langkah biopsi akan diambil guna lebih memastikan diagnosis. Dengan mengambil sampel jaringan kulit yang terkena lepra, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis. Biopsi ditujukan untuk mengetahui jenis kusta dan langkah pengobatan kusta.

Pengobatan kusta

Pengobatan kusta akan didasarkan pada jenis kusta yang diderita. Pengobatan kusta akan membutuhkan waktu yang sangat panjang, terkadang dapat berlanjut. Waktu untuk mengobati kusta ini berlangsung antara 1–2 tahun dan tergantung dari infeksi bakteri apakah parah atau ringan.

Antibiotik menjadi obat yang berguna dalam mengobati kusta. Pengobatannya hanya bertujuan untuk menghambat dan menghentikan perkembangan bakteri penyebab kusta, dan bukan untuk memperbaiki kerusakan pada sistem saraf tepi. Antibiotik diberikan dengan cara menggabungkan beberapa jenis obat antibiotik.

Kombinasi beberapa antibiotik dilakukan karena pada beberapa jenis bakteri telah kebal terhadap obat-obatan jenis tertentu. Antibiotik harus diberikan secara rutin dalam jangka waktu yang akan ditentukan oleh dokter, mengingat bakteri penyebab kusta ini sulit untuk dihilangkan. Bahkan banyak penderita kusta yang harus terus minum obat seumur hidupnya.

Langkah operasi atau pembedahan dapat dilakukan oleh dokter sebagai pengobatan setelah obat antibiotik. Operasi ini memiliki tujuan:

  • Memperbaiki kerusakan pada saraf tepi agar dapat berfungsi normal kembali.
  • Memperbaiki bentuk tubuh penderita kusta yang mengalami cacat.
  • Memperbaiki fungsi-fungsi anggota tubuh agar dapat berfungsi normal kembali.

Jika tidak dilakukan pengobatan terhadap penyakit kusta ini, tentunya akan menimbulkan komplikasi yang akan muncul pada beberapa anggota tubuh yang terkena kusta seperti pada kulit, pada saraf, mata, hidung, kaki, dan juga lengan, karena kusta dapat menyebabkan kerusakan secara permanen pada anggota atau organ tubuh. Komplikasi yang muncul ketika kusta tidak diobati:

  • Mengalami kebutaan akibat glaukoma.
  • Kerusakan pada wajah karena muncul benjolan dan pembengkakan yang permanen.
  • Mengalami gagal ginjal.
  • Kerusakan permanen pada hidung akibat hilangnya tulang rawan hidung.
  • Mati rasa yang permanen akibat kerusakan saraf tepi di bagian tangan dan kaki, sehingga ketika seorang penderita kusta mendapat luka pada tangan dan kakinya, tidak akan merasakan sakit.
  • Melemahnya otot yang dapat menyebabkan jari-jari menjadi kaku.
  • Mengalami disfungsi ereksi dan kehilangan kesuburan.

Pasien penyakit kusta tidak perlu dikucilkan, bagaimanapun juga penderita kusta berhak memiliki kehidupan untuk bersosial. Dengan memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat, setidaknya dapat membentengi diri sendiri dari resiko penularan.

Penderita kusta justru seharusnya diberikan dorongan psikologis dengan memberikan kepercayaan diri pada penderita kusta untuk dapat hidup berdampingan dengan normal. Karena pada umumnya penderita kusta cenderung menarik diri dari kehidupan sosial. Dengan dorongan yang positif maka dapat membantu penderita sakit kusta untuk memiliki keberanian dan semangat hidup yang tinggi.

Bagikan
Advertisement